Sabtu, Agustus 15, 2009

Puasa Sunnah Pasca Nishfu Sya'ban

Oleh Abdul Aziz | 24 Sya'ban 1430

Puasa sunnah pada bulan Sya’ban senantiasa dilakukan Rasulullah SAW. Hari ini kita sudah berada pada akhir bulan Sya’ban dan tinggal beberapa hari lagi memasuki bulan Ramadhan , bulan saatnya kita melaksanakan puasa wajib.Tetapi ada beberapa hadits tentang puasa setelah melewati nishfu Sya’ban yang tampak seperti bertentangan satu sama lainnya. Hadits-hadits itu kelihatannya kontradiktif, antara puasa Sya’ban sebulan penuh dengan larangan puasa pasca nishfu Sya’ban.


Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari menyatakan,”Rasulullah tidak pernah berpuasa pada suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban, sesungguhnya beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” Sementara yang diriwayatkan Muslim, Aisyah mengatakan, “Rasulullah terus berpuasa hingga kami menyatakan bahwa beliau puasa terus menerus. Dan terkadang beliau terus berbuka (tidak puasa) hingga kami menyatakan bahwa beliau terus berbuka (tidak puasa). Dan aku tidak melihat Rasulullah berpuasa dalam satu bulan melebihi puasanya di bulan Sya’ban. Beliau puasa pada seluruh bulan Sya’ban, dan beliau puasa bulan Sya’ban keseluruhan kecuali sedikit.”

Semetara dalam hadits lain beliau melarang puasa sunnah bila telah memasuki pertengahan bulan ( nishfu Sya’ban). Hadits riwayat Ibnu Hibban menyebutkan bahwa Abu Harirah berkata,”Rasulullah bersabda,’Tidak ada puasa (sunnah) setelah pertengahan bulan Sya’ban sampai datang bulan Ramadhan.” Tapi pada suatu hari di akhir bulan Sya’ban , seperti yang diriwayatkan Muslim, beliau pernah bertanya kepada seorang laki-laki,”Apakah kamu telah puasa di penghujung bulan Sya’ban ini?” Ia menjawab,’Tidak’. Sebelum datangnya Ramadhan, maka puasalah sehari atau dua hari.”

Selain itu ada hadits lain yang menambah bingung dalam memahami hadits-hadits tersebut di atas, yaitu hadits tentang larangan puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan. Hari itu lebih dikenal dengan sebutan hari yang meragukan ( yaum al-syak ) . Maksudnya adalah hari antara akhir Sya’ban dan awal Ramadhan, karena hari itu belum bisa dipastikan apakah sudah masuk Ramadahan atau belum.

Imam al-Qurthubi mencoba menjelaskan tentang hadits-hadits di atas. Menurutnya tidak ada yang kontradiktif antara hadits yang melarang puasa pasca nishfu Sya’ban dengan hadits yang menyatakan tidak boleh puasa pada hari syak dan hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW telah menyambung puasa bulan Sya’ban dengan bulan Ramadhan.

Larangan puasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan atau pasca nishfu Sya’ban itu bagi orang-orang yang tidak biasa berpuasa. Karena hal itu dikhawatirkan akan mengganggu kondisi fisiknya saat memasuki Ramadhan, sehingga puasa wajibnya pada bulan Ramadhan akan terganggu. Tapi bagi mereka yang sudah terbiasa dengan puasa sunnah, maka puasa pasca nishfu Sya’ban atau menjelang awal Ramadhan tidak dilarang.

Pendapatnya ini didasarkan pada hadits berikut. Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda,”Sungguh, janganlah kamu mendahului Ramadhan dengan puasa sunnah sehari atau dua hari, kecuali bila sudah terbiasa puasa sunnah, maka silahkan saja puasa pada hari-hari tersebut.” ( HR> Bukhari ).

Yang dikhawatirkan Rasulullah tentang puasa menjelang Ramadhan ini akan mengganggu puasa wajibnya, bisa kita saksikan di sebagian masyarakat Muslim kita. Pada bulan Dzulhijjah banyak yang berpuasa sunnah sejak tanggal satu, tetapi ketika sampai pada hari Arafah ( 9 Dzulhijjah ) mereka kelelahan, dan mereka tidak bisa berpuasa pada hari itu, padahal puasa Arafah ini merupakan sunnah Nabi.

Oleh karena itu bagi yang hendak berpuasa pada bulan Sya’ban lalu diteruskan dengan puasa Ramadhan, jika mampu untuk melaksanakannya boleh-boleh saja. Jadi, berpuasa setelah nishfu Sya’ban atau sebelum Ramadhan, kalau sudah terbiasa puasa sunnah Senin-Kamis misalnya, maka diperbolehkan melaksanakannya. Yang penting jangan sampai puasa sunnah itu mengganggu puasa wajib pada bulan Ramadhan.

Apalagi bagi orang yang belum sempat membayar hutang puasa Ramadhan tahun lalu, maka hendaklah ia membayar hutang puasanya itu sebelum Ramadahn tiba, walaupun sudah melewati pertengahan bulan Sya’ban.

Barangkali Anda punya pendapat lain, ditunggu komentarnya.

2 komentar:

  1. Selamat pak Aziz. Dah mampu bikin blog. Yang penting bukan tampilannya, tapi kontennya. Untuk PAI ke depan yang lebih baik...

    --Ahsan, MGMP PAI SMP Jateng

    BalasHapus
  2. Assalamu'alaikum wr. wb.
    Terima kasih banyak atas dukungannya. Mudah-mudahan akan lebih baik lagi di waktu yang akan datang. dan kita tetap bisa menjalin ukhuwah.
    Sekali lagi, matur nuwun sanget.
    Salam buat segenap keluarga besar MGMP PAI SMP Jateng.
    Wassalamu'alaikum wr. wb.

    BalasHapus