Minggu, Januari 31, 2010

UT Jadi Universitas Kelas Dunia

Tangerang, Warta Kota -- Sekretaris Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas, Harris Iskandar, mengatakan selama 25 tahun Universitas Terbuka (UT) berdiri, UT makin diakui sebagai universitas terkemuka di seluruh dunia.

"Universitas Terbuka masuk dalam daftar kelas universitas international, UT tidak lagi dianggap sebagai universitas kelas bawah," kata Harris pada hari ulang tahun UT ke-25 di kampus UT Pondok Cabe, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, kemarin.

Harris mengatakan, di usia yang ke-25 UT menunjukan kelasnya dengan menghasilkan sarjana yang mampu bersaing baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Kini UT berkembang pesat dengan jumlah mahasiswa mencapai 596.922 orang dengan jumlah alumni 764.478 orang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
"UT berperan fital di Indonesia dalam transformasi pendidikan sebagai unsur pengembangan kemampuan, pembangunan watak, dan peradaban bangsa yang bermartabat," ujarnya.


Sementara itu, Rektor Universitas Terbuka, Tian Belawati, menyatakan di usia yang ke-25 tahun, kehadiran UT diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Ia mengaku, sebagai tonggak sejarah pihaknya melakukan penanaman "time capsule" yang merupakan kumpulan sample dokumen, benda yang bersifat ikonik, dan produk pencapaian pendidikan UT selama 25 tahun.

Untuk lebih memaksimalkan peran UT ke depan pihaknya meluncurkan website baru UT dan mobile learning koneksi internet melalui telepon seluler atau M-Learn. "Bagi UT, ini sangat penting mengingat dengan M-Learn UT kendala keterbatasan koneksi dapat diatasi dengan kemajuan teknologi komunikasi seluler," kata Tian. (Ant/tig)

Sumber : http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/13498
Sabtu, 3 Oktober 2009 | 07:53 WIB

Lanjut membaca “UT Jadi Universitas Kelas Dunia”  »»

Trauma Masa Kecil, Masalah Perilaku Saat Dewasa

London, Senin -- Stres dan trauma pada masa awal kehidupan berefek pada perkembangan gen, dan bisa menyebabkan masalah perilaku di kemudian hari.
Itu lah hasil penelitian sekelompok ilmuwan di Max Planck Institute of Psychiatry di Munich, Jerman, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience.
Penelitian itu masih merupakan penelitian awal untuk mengetahui penyebab terjadinya kelainan perilaku pada manusia. Penelitian yang dipimpin oleh Dr Christopher Murgatroyd itu dilakukan terhadap bayi-bayi tikus alias cindil yang baru lahir. Hasil pengamatan menemukan bahwa cindil yang stres menghasilkan hormon yang mengubah gen mereka, yang ternyata berakibat pada kelainan perilaku saat para cindil itu menjadi tikus.
"Pengamatan molecular-detail memperlihatkan secara jelas bagaimana pengalaman yang membuat stres di masa awal kehidupan dapat memprogram perilaku jangka panjang," ujar Murgatroyd.


Cara yang dilakukan para peneliti ini adalah memisahkan anak-anak tikus yang baru lahir itu dari induknya selama tigam jam setiap hari selama 10 hari. "Ini stres ringan di mana para binatang itu tak akan kekurangan gizi namun ternyata mereka merasa ditelantarkan induknya," ujar Murgatroyd.
Ternyata perpisahan yang hanya beberapa jam itu menyebabkan cindil-cindil itu setelah dewasa menjadi tikus yang tidak tahan terhadap stres atau kesulitan selama hidupnya. Para tikus tersebut juga mempunyai daya ingat yang buruk.
Menurut Murgatroyd, efek itu terjadi karena ada perubahan epigenetik. "Ini adalah mekanisme dua langkah, yakni saat bayi tikus stres jumlah hormon stresnya meningkat. Hormon ini ternyata mampu memuntir DNA untuk gen yang khusus mengatur munculnya hormon stres vasopressin. Puntiran itu meninggalkan bekas pada gen vasopressin itu, sehingga di kemudian hari jumlah hormon stres yang dihasilkan selalu berlimpah," kata Murgatroyd menjelaskan.
Vasopressin itu, menurut hasil penelitian tersebut, berada di balik masalah perilaku dan berkurangnya daya ingat. Soalnya saat peneliti memberi obat yang dapat menghentikan produksi hormon itu kepada tikus, tikus itu kembali berperilaku normal.
Peneiltian ini memang dilakukan pada tikus, namun para peneliti yang terlibat memperkirakan hal yang sama terjadi pada manusia. Trauma pada masa kecil dapat menimbulkan masalah perilaku dan lebih rentan terhadap stres saat anak itu dewasa.
Professor Hans Reul, seorang pakar syaraf dari University of Bristol, Inggris, memuji penelitian ini, yang disebutnya menambah pengetahuan tentang kerja tubuh yang menyebabkan efek jangka panjang.
"Bukti yang kuat bahwa kemalangan seperti penganiayaan dan penelantaran pada masa kanak-kanan berkontribusi besar terhadap munculnya penyakit psikiatri di masa dewasa, seperti depresi," ujarnya.
Wah, sebuah penelitian yang sangat bermanfaat bagi para orangtua, agar selalu memperhatikan dan melimpahi kasih sayang kepada anak-anaknya. (BBC/ink)

Sumber : http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/16127
Senin, 9 November 2009 | 12:31 WIB

Lanjut membaca “Trauma Masa Kecil, Masalah Perilaku Saat Dewasa”  »»

Rokok Sebabkan Anak Bermasalah Dalam Perilaku

Berhenti lah merokok saat Anda hamil, jika tidak ingin si jabang bayi memiliki masalah perilaku. Hasil penelitian di Inggris dan Amerika Serikat menunjukan hal itu.
Seperti termuat di Journal of Epidemiology and Community Health, para peneliti dari University of York, University of Hull, dan University of Illinois itu mengatakan, masalah perilaku itu sudah terlihat saat si anak berusia tiga tahun.
Menurut para ahli itu, racun dalam rokok merusak perkembangan otak janin. "Bertambah lagi alasan agar perempuan berhenti merokok saat sedang mengandung. Lebih baik lagi sebelum mereka hamil," kata Professor Alan Maryon-Davis, president of Faculty of Public Health.
Kesimpulan para peneliti itu tentu saja tak diambil dari sekadar bincang-bincang. Mereka melakukan survei terhadap 14.000 pasangan ibu dan anak, yang mengambil bagian dalam Millennium Cohort Study.
Untuk di Inggris, obyek studi adalah anak-anak yang lahir pada rentang waktu tahun 2000 sampai 2001.


Setelah itu para ibu dibagi menjadi dua kategori, yakni perokok ringan dan perokok berat, tergantung dari jumlah batang rokok yang dihisap para perempuan itu kala hamil.
Selanjutnya para perempuan itu disuruh mengisi kuesioner, berdasarkan penilaian mereka terhadap perilaku sang anak. Kuesioner itu berjudul Kekuatan dan Masalah (Strengths & Difficulties) untuk menentukan masalah perilaku si anak, hiperaktif atau attention deficit disorder (ADD).
Para peneliti itu juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi hasil, yakni usia ibu saat bayi lahir, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi, kestabilan keluarga, dan problem orangtua.
Setelah semuanya dianalisa hasil yang diperoleh, ibu yang tergolong perokok ringan mempunyai kecenderungan mempunyai anak laki-laki dengan masalah perilaku sebesar 44 persen. Sementara ibu yang tergolong perokok berat kecenderungannya bertambah menjadi 80 persen.
Kedua golongan cenderung mempunyai anak laki-laki yang hiperaktif atau mengalami ADD. Sementara untuk anak perempuan, pada usia 3 tahun juga ditemukan masalah perilaku meski pun bukan hiperaktif atau ADD.
Profesor Kate Picket yang memimpin penelitian ini mengatakan, hasil penelitiannya serupa dengan penelitian sejenis, namun untuk anak usia yang lebih tua.
"Merokok saat masa kehamilan tampaknya berpengaruh langsung pada perkembangan janin, yakni pembentukan struktur dan fungsi otak, seperti ditunjukan pada percobaan menggunakan tikus," katanya.
Atau ini menjadi pertanda proses penularan antar generasi, yang terkait dengan merokok selama masa kehamilan dan problem perilaku pada anak-anak, imbuh Picket.
Sementara Maryon-Davis menambahkan, di dalam asap rokok ada 4.000 zat racun yang akan menembus tubuh ibu sampai ke otak janin, dan ada kemungkinan akan berpengarug pada kerja kimia otak. (BBC/ink)

Sumber : http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/15756
Selasa, 3 November 2009 | 20:26 WIB



Lanjut membaca “Rokok Sebabkan Anak Bermasalah Dalam Perilaku”  »»

Kepala Sekolah Di-Bullying

Masalah bullying di sekolah sedang jadi perbincangan di Jakarta, sejak seorang murid kelas X SMAN 82 dikeroyok oleh 30 murid kelas XII di sekolah yang sama. Lain Jakarta lain Inggris, di sana juga terjadi bullying dan menimpa seorang kepala sekolah.
Pebedaan lainnya dengan bullying di Jakata, bullying ini dilakukan lewat situs jejaring sosial Facebook sehingga kemudian muncul istilah cyberbullying. Namun karena korban cyberbullying ini kepala sekolah, maka dia dengan mudah melakukan tindakan, yakni menskors tiga muridnya yang menjadi promoter dari cyberbullying tadi.
Ya, korban cyberbullying itu adalah Elizabeth Hitch, yang menjadi kepala sekolah Beaumont School, St Albans, di Hertfordshire, Inggris. Dia menskors tiga murid setelah berkonsultasi dengan pihak pimpinan yayasan dan kepolisian setempat.
Apa sih yang dilakukan tiga murid itu? Mereka membuat grup di Facebook yang intinya membicarakan cara berpakaian sang kepala sekolah. Grup itu menarik 200 murid sekolah tersebut untuk jadi fans. Masalahnya, diskusi di grup itu malah menjelek-jelekan cara berpakain Hitch dan menggunakan kata-kata yang tak sopan. Hal itu lah yang membuat grup ini dikategorikan sebagai bullying.


Para murid dan orangtua tentu saja tidak terima dengan tindakan Hitch, dan mnuntut agar kepala sekolah tersebut menarik kembali keputusannya. "Mrs Hitch tak bisa menerima becandaan anak-anak, dan menanganinya dengan keterlaluan," kata seorang orangtua murid.
Dia melanjutkan, tindakannya itu membuat para murid marah karena masalah privasinya di luar sekolah terancam.
Para murid menumpahkan kemarahan mereka di dalam halaman grup tersebut. "Kepala sekolah menunjukkan ketidak mampuannya mentertawakan dirinya sendiri, dan siapa pun yang berpendapat dia (kepala sekolah) harus mengekang kebebasan berekspresi ini mungkin berharap agar sesuatu yang lebih lucu harus dilakukan kepada kepala sekolah," tulis seseorang yang tak menggunakan namanya (anonymous).
Yang lain mengatakan, "Tidak ada yang disebutkan di grup ini yang melanggar hukum. Tidak ada yang bersifat jahat dan memfitnah di sini. Hanya humor anak-anak sederhana."
Namun Hitch didukung oleh para stafnya, yayasan pemilik sekolah dan kepolisian setempat. Menurut wakil kepala sekolah, apa yang dilakukan anak-anak itu tergolong komunikasi yang penuh kedengkian dan menghasut yang ditujukan kepada kepala sekolah, yang bertentangan dengan aturan perilaku sekolah.
Dalam pernyataannya pihak sekolah mengatakan, apa yang tercantum di Facebook itu tak seperti yang diberitakan di mana-mana, yang menyebutkan hal-hal lucu di situs pribadi. Isinya bukan lagi becandaan dan tempatnya bukan di situs pribadi.
"Penuh pelecehan tingkat tinggi dan kata-kata tidak sopan yang ditujukan secara personal kepada kepala sekolah di situs umum," kata wakil kepala sekolah, Martin Atkinson.
Ketua dewan yayasan, John Ingamells, juga menyebut grup di Facebook itu memenuhi unsur cyberbullying. "Perilaku dan bahasa yang digunakan sama sekali tak bisa diterima dan ditoleransi di lingkungan sekolah," katanya.
Katanya lagi, tindakan Hitch sesuai dengan aturan sekolah, dan dia akan melakukan hal serupa jika cyberbullying itu menimpa murid atau staf sekolah lainnya.
Dinas pendidikan Hertfordshire juga mendukung tindakan sang kepala sekolah. "Kami mendukung tindakan kepala sekolah. Ini adalah cyberbullying dan efeknya, yang sangat penting untuk menjadi perhatian," kata jurubicara dinas pendidikan setempat. (Daily Mail/ink)

Sumber :
http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/16518
Jumat, 13 November 2009 | 21:24 WIB



Lanjut membaca “Kepala Sekolah Di-Bullying”  »»

Nakal Diciptakan, Bukan Dilahirkan

Jadikan Orangtua Sahabat Anak, Tegakkan Aturan Tanpa Paksaan

PERNAHKAH orangtua merasakan anak-anak sulit diatur? Mainan berserakan di mana-mana, perkataan orangtua tidak digubris oleh anak, dan lainnya. Lalu keluarlah 'cap' anak nakal yang nggak bisa diatur. Padahal sebenarnya anak nakal tidak dilahirkan, tetapi diciptakan. Diciptakan oleh siapa? Ya oleh orangtuanya.
Psikolog Dra Diennaryati Tjokrosuprihatono MPsi mengatakan, para orangtua (ortu) harus bekerja sama menjadi satu tim dan bersikap konsisten dalam menerapkan peraturan-peraturan di rumah. Selain itu, hindari untuk menjadi tipe orangtua yang membuat anak tidak nyaman dan tidak efektif. Ortu tipe ini adalah ortu yang suka marah-marah atau frustrasi, menghindari masalah, kehabisan akal, tidak teratur atau berantakan, suka mencari-cari alasan, sering bersuara keras, cerewet ataupun sering meremehkan si kecil.
"Seringkali anaknya dianggap bermasalah, padahal orangtuanya yang bermasalah," kata Diennaryati saat talkshow 'Tips Nanny 911, Bantu Ibu Moo jadi Sahabat Si Kecil' di Grand Indonesia, Jakarta, belum lama ini.


Dilema orangtua, khususnya ibu, pada dasarnya disebabkan oleh keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi si kecil tanpa menjadikannya seorang 'polisi jahat' karena penyampaian dengan cara yang kurang dapat dimengerti oleh si kecil.
"Untuk menerapkan peraturan pada si kecil, para ibu atau ayah perlu mengerti bagaimana cara penyampaian yang tepat. Mereka harus berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak sehingga anak mau menjalankan peraturan dengan senang hati," ujar Diennaryati.
Untuk mencegah anak melanggar aturan yang sudah ditetapkan orangtua, Wakil Dekan Bidang Non-akademis Fakultas Psikologi UI ini menjelaskan agar memperbanyak kebersamaan dengan anak di situasi yang menyenangkan dan aman, menghargai anak, lebih banyak memberikan pujian daripada hukuman.
"Kalau sudah saling menghargai akan ada komunikasi yang lancar. Ketika orangtua ingin memberikan aturan seperti mencuci tangan dan kaki sebelum tidur, lakukan saat situasi menyenangkan sehingga anak akan mengerti," ujar psikolog yang biasa disapa Dini itu.
Situasi yang menyenangkan tersebut bisa terbentuk jika orangtua dan anak tidak dalam kondisi capek tapi sedang senang. Misalnya saat makan bersama, saat si kecil menikmati camilan yang mereka sukai, menjelang tidur, atau bermain bersama.
Aturan tertulis
Ketika anak terus melanggar peraturan, perlukah peraturan itu dibuat tertulis? Menurut Dini, untuk menerapkan disiplin jangan terlalu banyak kata-kata, namun yang terpenting adalah memberikan contoh dan memberikan pujian serta hukuman. Peraturan tertulis malah dianggap kurang efektif. "Kenapa anak tidak suka disiplin? Karena disiplin pakai kata-kata. Apalagi ada kata-kata 'pokoknya harus', sehingga tidak menyenangkan," katanya. Jika yang diinginkan orangtua adalah anak bisa merapikan mainan sehabis bermain, beri contoh merapikan dan ajak anak merapikan bersama-sama.
Jika anak itu sudah besar, mengajak bicara lebih efektif dengan sama-sama merumuskan apa saja yang harus ditepati dan konsekuensinya apa jika tidak ditepati. "Akan lebih mudah untuk mengingatkan ketika si anak tidak menaati aturan yang sudah dibuat," ujar psikolog kelahiran Paris, 3 Januari 1954 tersebut. (lis)

Sumber : http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/18837
Senin, 28 Desember 2009 | 17:37 WIB 

Lanjut membaca “Nakal Diciptakan, Bukan Dilahirkan”  »»

Kuliah Gratis Lewat Jalur Tahfidz Qur’an

Bandung, Warta Kota -- Universitas Islam Bandung (Unisba) membuka jalur penerimaan mahasiswa baru tanpa tes bagi calon mahasiswa yang hapal Al-qur’an sebanyak 30 juzz.

"Calon mahasiswa yang hafal 30 Juzz Al-qur’an bisa masuk Unisba dengan mengikuti jalur Tahfidz Qur’an, tanpa tes ujian masuk," kata Wakil Rektor Bidang Akademik Unisba, Prof Edi Setiadi, di Bandung, Selasa (19/1).

Para mahasiswa yang diterima melalui jalur itu juga mendapat fasilitas bebas biaya kuliah dalam jangka waktu lima tahun. Mereka yang berminat masuk Unisba dengan jalur Tahfidz Qur’an bisa mendaftar ke kampus Unisba.
"Silakan datang langsung ke sini dengan hafal 30 Juzz nanti kita uji," tutur Edi.

Selain jalur hafal Al-qur’an, ada dua jalur lain yang dibuka Unisba, yaitu jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) dan penerimaan biasa melalui ujian tertulis. Edi mengatakan, jalur PMDK dilaksanakan dengan kriteria masuk rangking 10 besar di kelas, serta nilai rata-rata rapor 7 dari kelas 1 sampai kelas 3.


Sedangkan untuk jalur ujian saringan masuk (USM) dilaksanakan dalam tiga gelombang. Gelombang pertama bulan April, gelombang kedua bulan Juli, dan gelombang ketiga bulan Agustus.

Jalur PMDK juga diterapkan dua perguruan tinggi swasta lain, yaitu Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) dan Universitas Pasundan (Unpas).

"Kita menggunakan dua jalur untuk masuk ke sini yaitu lewat PMDK dan testing atau lewat ujian," kata Kepala Biro Adm Kemahasiswaan Universitas Pasundan (Unpas), Darodjat.

Untuk PMDK Unpas melakukan dengan cara menelusuri ke sekolah-sekolah, mencari siswa yang berprestasi dan akan langsung diterima tanpa mengikuti tes. Untuk jalur ujian, perguruan tinggi itu mengadakan tiga gelombang, Juni, Juli, Agustus.

Humas Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Reno Margiantoro, mengatakan, perguruan tinggi itu menggunakan tiga program jalur masuk yaitu melalui PMDK, ujian saringan masuk (USM), dan ujian masuk bersama. Namun yang paling banyak menyerap calon mahasiswa adalah jalur masuk lewat PMDK dan USM. USM diadakan tiga gelombang; Januari, Mei, dan Juli. (Antara/ink)

Sumber : http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/20143
Selasa, 19 Januari 2010 | 11:39 WIB



Lanjut membaca “Kuliah Gratis Lewat Jalur Tahfidz Qur’an”  »»

Pintar Tapi Berakhlak Buruk Tidak Lulus

Empat Syarat Siswa Dinyatakan Lulus

Istana Negara, Warta Kota -- Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh, memastikan pemerintah tetap akan menyelenggarakan ujian nasional (UN) untuk tahun ajaran 2010. Hal ini dikatatkan oleh M Nuh usai melakukan rapat terbatas Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) di Kantor Presiden, Kamis (7/10).
M Nuh mengungkapkan, ada beberapa perubahan terkait pelaksanaan ujian nasional ini. Yang menarik, dalam penjelasan Mendiknas, siswa yang berkelakuan buruk meski lulus UN, tetap dinyatakan tidak lulus. Dengan kata lain, ada empat sarat bagi siswa untuk dinyatakan lulus.
"Yang jelas, yang dipakai landasan menentukan kelulusan kalau memenuhi empat syarat yang harus dipenuhi secara keseluruhan. Pertama dia telah menyelesaikan seluruh program pendidikan. Maksudnya begini, kalau ada anak kelas dua, dia pinter pol, belum pernah kelas III, terus ujian, dan lulus, maka belum lulus karena dia belum menyelesaikan seluruh programnya, kata M Nuh.


Sarat kedua,kelulusan terkait dengan tata krama, budi pekerti, dan akhlak moral. "Jadi, kalau ada anak nakalnya bukan main, di luar batas- batas kewajaran, meski pun ujiannya kayak apa pun, kalau sarat kedua tidak lulus, maka nggak lulus. Syarat ke tiga, ujian mata pelajaran yang diujikan sekolah, dan yang ke empat ujian nasional," ujar Mendiknas.
"Jadi, meskipun ujian nasionalnya dapat 10, tapi kalau akhlaknya jembret (buruk), maka dia ndak lulus . Atau ujian nasionalnya 10, tapi ujian sekolahnya dia jembret lagi, ya nggak lulus. Nah, empat syarat ini harus dipenuhi," kata M Nuh.
Mendiknas kemudian meminta semua pihak untuk tidak menjadikan ujian nasional sebagai hal yang menakutkan. Dia tidak sepakat bila ada yang mengatakan UN hanya membuat anak menjadi stres.
"UN membuat anak stres? Saya bilang tidak usah anak, sampeyan sendiri kalau diuji juga stres. Yang penting kita bisa mengelola potensi kemampuan psikologis kita untuk menghadapi persoalan perstresan itu. Dan dengan UN itu tidak usah khawatir, kita sudah masuk dalam kompetisi global. Kompetisi nasional saja sudah menolak-nolak, takut, ndak mau. Terus kapan bisa menang kompetisi global," kata M Nuh menegaskan.

Dia juga menekankan, pada pelaksanaan UN tahun 2010 ini selain ada ujian utama juga akan diadakan ujian susulan, bila siswa berhalangan sakit atau berhalangan lain. Dan kepada siswa yang tidak lulus, diberikan jeda waktu selama satu bulan untuk mempersiapkan diri, belajar lagi karena pemerintah akan memberikan ujian ulang bagi siswa yang tidak lulus.
"Yang diulang boleh mata pelajaran yang tidak lulus, atau boleh mata pelajaran secara keseluruhan. Dengan adanya ujian utama, susulan, dan ujian ulang ini, Insyallah sudah mengakomodasi apa yang menjadi perhatian, concern masyarakat secara keseluruhan," ujar M Nuh.
Terkait soal putusan kasasi MA beberapa waktu lalu yang membatalkan UN, Mendiknas menjawab tdak ada satu pun dalam putusan yang meminta agar UN dihentikan. Dalam putusan itu, katanya, pemerintah hanya diminta untuk melakukan perbaikan terhadap kualitas Ujian Nasional. (Persda/yat)

Sumber : http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/19559

Kamis, 7 Januari 2010 | 19:53 WIB

Lanjut membaca “Pintar Tapi Berakhlak Buruk Tidak Lulus”  »»