Minggu, Januari 31, 2010

Trauma Masa Kecil, Masalah Perilaku Saat Dewasa

London, Senin -- Stres dan trauma pada masa awal kehidupan berefek pada perkembangan gen, dan bisa menyebabkan masalah perilaku di kemudian hari.
Itu lah hasil penelitian sekelompok ilmuwan di Max Planck Institute of Psychiatry di Munich, Jerman, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience.
Penelitian itu masih merupakan penelitian awal untuk mengetahui penyebab terjadinya kelainan perilaku pada manusia. Penelitian yang dipimpin oleh Dr Christopher Murgatroyd itu dilakukan terhadap bayi-bayi tikus alias cindil yang baru lahir. Hasil pengamatan menemukan bahwa cindil yang stres menghasilkan hormon yang mengubah gen mereka, yang ternyata berakibat pada kelainan perilaku saat para cindil itu menjadi tikus.
"Pengamatan molecular-detail memperlihatkan secara jelas bagaimana pengalaman yang membuat stres di masa awal kehidupan dapat memprogram perilaku jangka panjang," ujar Murgatroyd.


Cara yang dilakukan para peneliti ini adalah memisahkan anak-anak tikus yang baru lahir itu dari induknya selama tigam jam setiap hari selama 10 hari. "Ini stres ringan di mana para binatang itu tak akan kekurangan gizi namun ternyata mereka merasa ditelantarkan induknya," ujar Murgatroyd.
Ternyata perpisahan yang hanya beberapa jam itu menyebabkan cindil-cindil itu setelah dewasa menjadi tikus yang tidak tahan terhadap stres atau kesulitan selama hidupnya. Para tikus tersebut juga mempunyai daya ingat yang buruk.
Menurut Murgatroyd, efek itu terjadi karena ada perubahan epigenetik. "Ini adalah mekanisme dua langkah, yakni saat bayi tikus stres jumlah hormon stresnya meningkat. Hormon ini ternyata mampu memuntir DNA untuk gen yang khusus mengatur munculnya hormon stres vasopressin. Puntiran itu meninggalkan bekas pada gen vasopressin itu, sehingga di kemudian hari jumlah hormon stres yang dihasilkan selalu berlimpah," kata Murgatroyd menjelaskan.
Vasopressin itu, menurut hasil penelitian tersebut, berada di balik masalah perilaku dan berkurangnya daya ingat. Soalnya saat peneliti memberi obat yang dapat menghentikan produksi hormon itu kepada tikus, tikus itu kembali berperilaku normal.
Peneiltian ini memang dilakukan pada tikus, namun para peneliti yang terlibat memperkirakan hal yang sama terjadi pada manusia. Trauma pada masa kecil dapat menimbulkan masalah perilaku dan lebih rentan terhadap stres saat anak itu dewasa.
Professor Hans Reul, seorang pakar syaraf dari University of Bristol, Inggris, memuji penelitian ini, yang disebutnya menambah pengetahuan tentang kerja tubuh yang menyebabkan efek jangka panjang.
"Bukti yang kuat bahwa kemalangan seperti penganiayaan dan penelantaran pada masa kanak-kanan berkontribusi besar terhadap munculnya penyakit psikiatri di masa dewasa, seperti depresi," ujarnya.
Wah, sebuah penelitian yang sangat bermanfaat bagi para orangtua, agar selalu memperhatikan dan melimpahi kasih sayang kepada anak-anaknya. (BBC/ink)

Sumber : http://www.wartakota.co.id/read/pendidikan/16127
Senin, 9 November 2009 | 12:31 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar