Kamis, 29 April 2010 pukul 08:31:00
Eko Widiyatno,
Muhammad Bachrul Ilmi
Pemerintah dinilai kurang perhatian pada lembaga pendidikan Islam.
JAKARTA -- Mantan menteri pendidikan nasional, Yahya Muhaimin, mengatakan, secara umum kualitas lembaga pendidikan Islam belum merata. Cukup banyak lembaga pendidikan yang bisa bersaing dengan lembaga pendidikan umum dan masih banyak juga yang kualitasnya biasa saja.
''Jumlahnya juga tak sebanding antara lembaga pendidikan Islam yang berkualitas dan tidak,'' katanya di Jakarta, Rabu (28/4). Ia mencontohkan, Muhammadiyah memiliki ribuan lembaga pendidikan di Tanah Air, tetapi tidak semua menjadi sekolah unggulan.
Yahya mengatakan, dengan kondisi semacam ini, pengembangan lembaga pendidikan Islam oleh pemerintah sangat diperlukan. Pemerintah bisa membantu meningkatkan kualitas lembaga pendidikan Islam. Ia yakin, lembaga ini bisa menjadi bagian dalam pembangunan moral bangsa.
Apalagi, jelas dia, selama ini pertumbuhan lembaga pendidikan yang dikelola oleh sejumlah ormas Islam, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Al Irsyad, cukup pesat. Diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kualitas seluruh lembaga pendidikan itu.
Yahya menilai, selama ini pemerintah terlalu berkonsentrasi pada pengembangan kualitas pendidikan di sekolah negeri. ''Tak ada cukup perhatian dalam pengembangan pendidikan bagi sekolah swasta, terutama lembaga pendidikan Islam,'' ungkapnya.
Selain itu, ia menyatakan, dukungan pemerintah kepada guru lembaga pendidikan Islam swasta tak sebesar guru sekolah umum. Ini bisa ditunjukkan dengan minimnya dukungan pemerintah daerah terhadap guru madrasah. Ia menyatakan perlu ada solusi dari Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional.
Sementara itu, Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Imam Suprayogo, mengakui, pendidikan Islam memang terus mengalami peningkatan. Pemicunya, banyak orang tua menginginkan anak mereka tidak hanya memiliki pengetahuan umum, tetapi juga agama.
Orang tua, kata Imam, berharap anaknya menjadi manusia intelektual dan berakhlak. Mereka juga bangga anak-anaknya belajar di lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya saat ini menjadi solusi pendidikan alternatif bagi masyarakat.
Di sisi lain, Imam berharap, pemerintah memberikan pengakuan lebih besar kepada lembaga pendidikan Islam, terutama pesantren. Ini bisa dilakukan dengan menerapkan progranm standardisasi sehingga alumni pesantren memiliki ijazah resmi dan bisa bersaing dengan lulusan sekolah mana pun.
''Ulama sering kita mintai nasihat dan fatwa, tetapi lembaga yang menghasilkan ulama tak diakui oleh negara,'' kata Imam. Menurut dia, ada tiga ukuran yang bisa digunakan pemerintah dalam memberikan pengakuan terhadap pesantren. Salah satunya adalah sejarah keberadaan pesantren.
Indikator ini bisa digunakan untuk mengetahui sejauh mana kiprah dan kontribusi pesantren sebagai lembaga pendidikan. Kedua, resonansi atau daya jangkau. Ketiga adalah kontribusi alumni pesantren kepada masyarakat.
Santri indigo
Secara terpisah, dalam pelatihan Santri Indigo di Pondok Pesantren Al Ittihaad, Karanglewas, Banyumas, Direktur Information Technology and Supply PT Telkom Indonesia, Indra Utoyo, menegaskan, santri yang menimba ilmu di pesantren saat ini tak identik dengan keterbelakangan.
Ia mengatakan, ini terbukti dari apresiasi para santri dalam acara yang digelar atas kerja sama PT Telkom Indonesia dengan Republika itu. Saat tanya jawab dalam pelatihan, kebanyakan santri sudah mengetahui banyak hal tentang dunia internet dan konten-konten yang ada di dalamnya.
ed: ferry
Sumber : http://koran.republika.co.id/koran/14/109821/Tingkatkan_Pendidikan_Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar