Oleh Nana Jiwayana, SPd
(Guru dan Pembina UKS Jurnalistik SD Islam Terpadu Attaqwim, Bandung)
Dunia jurnalisme saat ini yang banyak menampilkan acara infotainment sedikit banyak berpengaruh pada perkembangan siswa. Laporan infotainment yang cenderung berupa laporan nonfaktual-lebih identik dengan kesan gosipnya-telah memberikan masukan buruk bagi siswa-siswa kita.
Hal ini diperburuk dengan materi laporannya yang banyak menggunjing tingkah laku buruk dari selebritas yang tidak menutup kemungkinan malah dicontoh siswa-siswa kita.
Sehubungan dengan hal tersebut, sudah seharusnya sebagai pendidik kita memberikan teladan/model yang baik, khususnya dalam mengajarkan prinsip-prinsip jurnalisme sehingga siswa tidak terjebak pada arus jurnalisme yang tidak memberikan manfaat dan pendidikan bagi siswa.
Ada banyak model jurnalistik yang bisa kita jadikan contoh, tetapi model terbaik yang patut kita jadikan contoh tentunya terdapat pada sosok Nabi Muhammad SAW.
Bagaimana menjadikan sosok Nabi Muhammad sebagai teladan dalam pembelajaran jurnalistik? Nabi Muhammad memang tidak melakukan aktivitas jurnalistik sebagaimana kita pahami tentang jurnalistik modern seperti saat ini. Namun, dari sifat mulia yang beliau miliki, kita bisa belajar menjadi seorang jurnalis sejati.
Ada empat sifat utama yang dimiliki nabi. Keempat sifat itu adalah siddiq, fathanah, amanah, dan tabligh. Keempat sifat inilah yang bisa kita jadikan teladan dalam membentuk siswa agar menjadi seorang jurnalis yang andal.
Sifat pertama yang harus ditanamkan pada siswa sebagai pembelajar atau calon jurnalis adalah siddiq, sifat benar dan komitmen untuk memberitakan kebenaran. Kita harus senantiasa mengajari siswa agar mampu menebarkan berita-berita yang benar atau sesuai fakta, bukan sebaliknya malah memberitakan berita-berita gosip dan kebohongan.
Sifat nabi kedua yang dapat kita teladani adalah fathanah yang artinya cerdas. Dari sifat ini, kita dapat mengambil pelajaran agar selalu menanamkan kecerdasan kepada siswa, baik dalam mencari, mengolah, maupun dalam menyampaikan informasi. Dari sifat fathanah ini, kita juga harus bisa mendidik siswa agar cerdas memilih informasi agar bisa mencerdaskan para pembacanya.
Sifat nabi berikutnya adalah amanah, yang artinya dapat dipercaya atau bertanggung jawab. Seorang jurnalis haruslah merupakan sosok yang bertanggung jawab terhadap tulisan yang dibuatnya.
Sebagai pendidik, kita harus bisa mengajari siswa-siswa menjadi seorang jurnalis yang bertanggung jawab dengan mengarahkan agar tulisan yang dibuatnya tidak memberikan dampak buruk bagi pembacanya. Tulisan siswa harus diarahkan menjadi tulisan yang memberikan manfaat bagi kehidupan pembacanya.
Sifat nabi terakhir adalah tabligh, yang artinya menyampaikan. Pembelajaran dari sifat ini adalah kita harus mengarahkan siswa agar memiliki sikap menyampaikan informasi seutuhnya sebagaimana nabi yang selalu menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada manusia tanpa dikurangi atau ditambahkan.
Dengan model pembelajaran jurnalistik berdasarkan sifat nabi ini, mudah-mudahan kita mampu membentuk siswa jurnalis sejati dengan sifatnya yang jujur, cerdas, bertanggung jawab, dan menyampaikan secara benar.
Sumber : Republika, Rabu, 25 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar