Senin, Agustus 30, 2010

Lima Karakteristik Kerja Guru

Oleh Tata Tambi
Guru Bahasa Indonesia MAS Ibnu Taimiyah, Bogor.

Salah satu indikator perhatian pemerintah dalam dunia pendidikan adalah realisasi anggaran 20 persen dari APBN. Hal itu dilengkapi program sertifikasi guru dan dosen yang diharapkan dapat mendongkrak kesejahteraan guru dan dosen di Indonesia.

Pertanyaannya, sejauh mana peningkatan kinerja dan profesionalitas guru sudah tercapai seiring dengan perbaikan-perbaikan, terutama program sertifikasi yang telah menyedot banyak biaya?

Jawaban yang mengemuka umumnya bernada pesimistis. Berbagai upaya perbaikan yang menelan biaya besar belum diimbangi oleh peningkatan kinerja dan profesionalitas pendidik, baik di jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan atas dan tinggi.


Penelitian Kementerian Pendidikan Nasional yang dirilis akhir 2009 menunjukkan, 55,33 persen guru yang menjadi responden justru tidak meningkat kompetensi pedagogisnya.

Bahkan, kinerja guru di NTB ditengarai memburuk pascamenerima sertifikat bukti lulus sertifikasi. Dari 11.606 guru yang sudah sertifikasi di NTB, 20 persen kinerjanya dinyatakan anjlok oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.

Bagaimana sebenarnya karakteristik kerja seorang guru? Hamid Darmadi (2009: 26-27) mengatakan setidaknya ada lima karakteristik kerja guru.

Pertama, pekerjaan guru bersifat individualistis nonkolaboratif. Ini bermakna, guru dalam melaksanakan tugas-tugas pengajarannya memiliki tanggung jawab secara individual. Dari waktu ke waktu guru dihadapkan pada pengambilan keputusan dan melakukan tindakan secara mandiri.

Contoh, ketika kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, ada siswa tertidur sehingga menimbulkan kegaduhan siswa yang lain maka saat itu juga guru harus mengambil tindakan. Tidak mungkin ia meminta pertimbangan guru yang lain lebih dulu. Maka itu, wawasan dan kecermatan sangat penting bagi seorang guru.

Kedua, pekerjaan guru dilakukan dalam ruang terisolir dan menyerap seluruh waktu. Hampir seluruh waktu guru dihabiskan di ruang-ruang kelas bersama para siswanya.

Ruang kelas di sini bisa diartikan ruang kelas konvensional ataupun kelas dalam arti luas, yaitu tempat berlangsungnya pembelajaran walaupun bukan di ruangan. Keberhasilan kerja guru tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tapi juga motivasi dan dedikasi guru untuk terus dapat menghidupkan suasana kelas sehingga siswa terhindar dari kejenuhan.

Ketiga, pekerjaan guru yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antarguru rendah. Kalau seorang arsitektur bertemu teman sejawat, sangat mungkin tema pembicaraan adalah penemuan teknik terbaru dalam merancang bangunan. Saat perancang busana bertemu teman seprofesi, kemungkinan besar membicarakan model terbaru yang sedang berkembang.
Akan tetapi, apabila guru bertemu dengan guru, apa yang dibicarakan? Inilah yang dimaksud kontak akademis antarguru yang rendah.

Keempat, pekerjaan guru tidak pernah mendapat umpan balik. Umpan balik adalah informasi baik berupa dukungan maupun kritikan terhadap guru tentang proses KBM. Padahal, berdasarkan umpan balik inilah guru akan melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas KBM. Pertanyaannya, kalau guru tidak pernah mendapatkan umpan balik, bagaimana guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajarannya?

Kelima, pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja di kelas. Waktu kerja guru tidak hanya terbatas di ruang kelas. Dalam banyak hal, justru waktu guru untuk mempersiapkan KBM di kelas lebih lama.

Di tengah-tengah padatnya kegiatan guru, kapankah guru dapat merenungkan dan merefleksikan apa yang telah dilakukan bagi para siswanya? Kondisi di sekolah atau madrasah swasta lebih memprihatinkan lagi. Seorang guru tidak hanya dibebani jumlah jam mengajar yang padat, tapi juga posisi lainnya yang menyita waktu di luar jam pelajaran.

Menjadi sangat penting bagi seorang guru untuk mengenal dan memahami lima karakteristik kerja guru. Menjadi guru di era informasi sekarang memang di satu sisi memiliki tantangan yang lebih berat karena pola pikir dan pola belajar siswa banyak berubah dari era sebelumnya. Banyak sisi negatif perkembangan teknologi yang lebih menonjol terserap oleh siswa ketimbang sisi positifnya.

Harapan kita para guru tidak hanya meningkat dari sisi kualifikasi akademik, tetapi juga diimbangi meningkatnya mutu kerja yang dapat meningkatkan mutu siswa dan akhirnya out put (lulusan) semakin meningkat pula mutunya.

Kepada para guru, mari kita mulai dari diri kita masing-masing. Terus tingkatkan mutu diri dan jangan lupa terus asah mutu kerja menuju dunia pendidikan Indonesia yang lebih baik.


Sumber : Republika , Rabu, 18 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar