Minggu, Oktober 31, 2010

Lembaga Pendidikan Islam tak bisa Menutup Diri

YOGYAKARTA--Lembaga Pendidikan Islam pada era teknologi ini bukan lagi perlu membuka diri terhadap perkembangan kemajuan zaman. Justru, menurut Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogjakarta, Prof Dr Amien Abdullah, tidak bisa menolak perkembangan tersebut.

Perkembangan dan kemajuan tehnologi dikatakan tak mungkin bisa dihambat. Sehingga, meski anakl-anak itu berdomisili di desa, bukan berarti ketinggalan teknologi. ‘’Akal mereka cepat sekali. Bahkan, akal mereka itu sudah akal teknologi,’’ jelas Amien Abdullah.

Makannya, dia mengingatkan agar tidak under estimate terhadap anak-anak di desa. Apalagi pada siswa-siswi madrasah yang selama ini dinilai masih banyak yang ketinggalan dalam mengikuti perkembangan teknologi.


Menurut dia, ‘’virus’’ untuk selalu dekat dengan information communication technology (ICT) berjalan dengan sendirinya. Kendati di madrasah-madrasah yang ada di deda masih belum dilengkapi dengan fasilitas tehnologi, anak-anak madrasah desa itu diyakini bakal berjalan sendiri untuk mencari peralatan modern yang selama ini penuh dengan kontroversial tersebut. Sebab, nilai yang dikandung selalu berekses, baik itu negatif maupun positif.

Makanya, para pemegang kebijakan, termasuk pendidik dan pihak-pihak yang peduli terhadap anak-anak madrasah itu diharapkan tidak hanya bisa membelikan atau menyediakan fasilitas ICT tersebut. Namun, bisa mengarahkan dan mendidikan mereka untuk menyeleksi sendiri mana yang sampah dan mana yang bermanfaat.

Pesan tersebut, kata dia, harus dilakukan para ulama dan penulis kontemporer. Baik itu penulis di bidang pendidikan, maupun nonkependidikan. Mereka diharapkan bisa memberikan informasi yang lengkap tentang manfaat ICT secara lengkap dan detail.

Alasannya, anak-anak jaman sekarang tidak bisa hanya diberi penjelasan secara normatif. ‘’Ini boleh, itu tidak boleh tanpa ada alasan yang rasional dan bisa dimengerti mereka,’’ tandasnya.

Untuk itu, terang dia, tidak perlu filter dalam mengatasi ekses negatif perkembangan ICT tersebut. Namun,tegas dia, bagaimana caranya mencerdaskan anak dengan urai-uraian yang logis, jernih mudah dimengerti,’’ tuturnya.

Karena itu, kata dia, cara mendidik anak dalam menyikapi dan menerima perkembangan kemajuan ICT itu harus berubah, tidak hanya normatif. Namun, bisa membuat anak didik kreatif. ‘’Tidak malah membunuh kreativitas anak didik,’’ papar dia.

Itulah perlunya pendidikan agama, kata dia, yang bisa menyentuh media. Sehingga, tidak sedikit-sedikit keluar fatwa pengharaman seperti pada facebook. Untuk itu dia mengimbau agar para ahli memasuki wilayah media tehnologi. Sebab, pendidikan Islam memang tidak mungkin untuk menutup diri dari perkembangan tehnologi itu sendiri.

Sementara itu, Dirjen Pendis Depag, Prof Dr Moh Ali, mengatakan bahwa lembaga pendidikan Islam di bawah naungan Departemen Agama (Depag) sudah membuka diri terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai indikatornya dia menyebut pemanfaatan ICT.

''Bukan lagi hampir semua, tapi 100 persen lembaga pendidikan Islam yang ada di bawah binaan Depag sudah membuka diri seluas-luasnya terhadap perkembangan science dan tecnology. Bahkan, pemanfaatan ICT itu sudah lama diterapkan,'' kata dia.

Sebagai indikator, dia tunjukkan pemanfaatan fasilitas tehnologi informasi yang selama ini sudah dipakai di madrasah negeri dan beberapa madrasah swasta. Misalnya, laboratorium komputer, internet dan lain sebagainya yang menggunakan produk s Iptek. Itupun, tidak hanya pendidikan islam pada level perguruan tingginya. Namun, mulai dari madrasah ibtidaiyah hingga tasnawiyah dan aliyah.

Bahkan, pendidikan tinggi Islam seperti UIN Jakarta sudah menjain kerja sama dengan Kementrian Menkominfo dalam pemanfaatan ICT. Makanya, dia merasa heran jika ada yang menyarankan perlunya pendidikan Islam membuka diri terhadap perkembangan. Sebab, pendidikan Islam dikatakan sudah lama membuka diri pada perkembangan dan kemajuan Iptek.

Meski begitu, dia mengakui dan menyadari bila kebijakan membuka diri seluas-luasnya pada perkembangan itu bakal ada eksesnya. ''Ya, soal dampak pasti ada dari pemanfaatan ICT itu. Tapi, kami sudah mengantisipasi dengan memproteksi lewat agama. Sehingga bisa ditangkal dengan sendirinya oleh masing-masing anak,'' katanya.

Selain mengantisipasi ekses itu lewat agama, kata dia, juga menggunakan alat penyaring. Alat ICT yang dipakai di madrasah-madrasah itu sudah dilengkapi dengan alat proteksi dari hard ware. Sehingga, kalau ada anak atau siswa yang membuka situs-situs tidak bermanfaat, maka komputer yang digunakan akan langsung mati dengan sendirinya.

Kendati demikian, diakui dia, bila sampai saat ini masih belum semua madrasah memanfaatkan perkembangan ICT. Sebab, pemanfaatan ICT di madrasah swasta sangat tergantung pada kemampuan intitusi pendidikan yang bersangkutan. ‘’''Tapi, untuk madrasah negeri 100 persen sudah memanfaatkan ICT. Itu artinya mereka sudah membuka diri terhadap perkembangan Iptek,'' tegasnya.

Sedangkan swasta memang masih banyak. Sebab, jumlah sekolah negeri itu hanya sekitar 8 persen dari total madrasah di Indonesia yang mencapai sekitar 40 ribuan. Sementara 92 persennya atau sekitar 36 ribu merupakan madrasah swasta. Karena itu, dia berharap ada ke[pedulian dari semua kalangan agar anak-anak madrasah yang ada di desa-desa itu bisa memanfaatkan fasilitas ICT itu dengan baik.

Mengenai perlunya pendidikan madrasah membuka diri terhadap perkembangan Iptek itu, juga diakui pakar pendidikan, Prof Dr Arief Rahman. Dia mengatakan bila pendidikan di Indonesia akan baik jika membuka diri terhadap perkembangan ICT itu.

‘’Kalau madrasah menurut saya sudah membuka diri, meski masih belum terlalu terbuka menerima perkembangan. Itu karena madrasah ada sejarahnya, yakni untuk memperkuat pengetahuan dan agama,’’ katanya.

Karena itu, kata dia, untuk saat ini memang madrasah masih menata diri bahkan sedang membuka diri menerima perkembangan kemajuan Ict. Soal ekses negatifnya, diyakini dia, sudah ada saringannya.

Sedangkan yang berkaitan dengan lembaga pendidikan pesantren, dikatakan sangat tergantung pada pengelolanya. Alasan dia, pesantren itu merupakan pendidikan nonformal. Sehingga, pemerintah hanya bisa menghimbau agar membuka diri untuk menerima perkembangan dan kemajuan jaman. aji/bur/kpo

Red: Republika Newsroom
Republika OnLine, Senin, 05 Oktober 2009, 19:13 WIB

Source URL : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/09/10/05/80241-lembaga-pendidikan-islam-tak-bisa-menutup-diri

1 komentar:

  1. As stated by Stanford Medical, It's really the ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh an average of 19 kilos lighter than we do.

    (Just so you know, it is not related to genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING about "HOW" they are eating.)

    BTW, What I said is "HOW", and not "WHAT"...

    CLICK on this link to uncover if this easy quiz can help you unlock your real weight loss potential

    BalasHapus